Banyak alasan yang dipakai orang untuk membenarkan bahwa mencari jodoh itu sulit mungkin jawaban yang paling banyak ditemukan diantaranya adalah:
1. Ga bisa memilih
Ini adalah alasan yang paling banyak dipakai para pria, di early quarter life crisis 24-29 tahun, selepas kuliah dan mendapatkan pekerjaan. Biasanya pada stage ini, si pria memiliki 3-4 orang kandidat yang datangnya dari: teman kantor, adik kelas, rekomendasi orang tua dll dkk, yang kadang bikin si pria arogan. Ah cari pasangan gampang kok
Ini adalah titik yang paling ‘membahagiakan’ pria sekaligus berbahaya, seiring supply dari rekan wanita yang mulai ‘waspada’ semakin banyak. Akibatnya muncul perasaan tenang (yang berbahaya) bahwa jodoh tidak datang kemana.
Saran: Jangan terlalu lama memilih, kalau kandidat terbaik perhari ini adalah Titi, karyawan bagian purchase, yang kelihatannya biasa aja, -tapi dia tertarik dengan anda- lets go, sikat aja.
2. Ga yakin (dengan calonnya)
Mungkin ini alasan yang paling banyak dipakai wanita. Banyak pengalaman dilapangan menunjukkan bahwa lelaki tidak bisa (takut) berkomitmen dengan wanita. Memang menjadi suami tidaklah mudah, dengan segala beban dan tanggung jawabnya. Menjadi ‘single’, terbang merdeka bak burung dara jelas lebih menyenangkan buat para pria.
Saran: Buat perempuan yang bingung (ga yakin) dengan seseorang pria, menurut saya daripada cowok alim, ganteng, kaya pintar tapi ga bisa berkomitmen, lebih baik cowok biasa aja, tapi bertanggungjawab (berkomitmen).
3. Ketakutan yang tidak perlu
Belum cukup dana untuk pesta nikah, belum punya pekerjaan dengan gaji 9 juta/bulan, belum sekolah ke inggris, dan sejuta alasan yang mengada-ada. Saya tidak terlalu tertarik membahas ini. Semua ini tidak perlu.
Saran: ketakutan itu wajar, ingat kita membangun bahtera rumah tangga, jadi kalau infrastruktur ga siap ya bakal berantakan juga. Tapi inti persoalan ini sederhana, bergantung kesiapan pasangan kita. Calon istri kita ekspektasinya apa? masih masuk akal engga? kalau engga? terlalu muluk2? yo wis, tinggalin aja, cari yang lebih siap.
Pernikahan itu bukan soalan yang terlalu tinggi, tapi juga bukan soalan yang remeh-temeh. Kalau sang pasangan tidak siap, ya artinya selamanya juga tidak akan siap.
Dua alasan lain, saya menunggu dari teman-teman. Ada masukan?
Sebentar Jar, untuk late ‘quarter life crisis’ gimana? maksudnya untuk pria umur 29-35? apakah alasan mereka masih sama?
Terus untuk perempuan, apakah ga yakin (sangsi dengan kadalnya pria) itu berlaku sepanjang tahun? atau bakal ada perubahan?
Posting Komentar